Hari Santri, Prabowo Singgung Resolusi Jihad 1945: Hari Santri, Prabowo Singgung Resolusi Jihad 1945: Peringatan Hari Santri Nasional tahun ini terasa berbeda. Dalam suasana penuh khidmat dan semangat kebangsaan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memberikan pidato yang menggugah hati jutaan santri dan masyarakat yang hadir. Di tengah upacara yang digelar dengan nuansa pesantren dan perjuangan, Prabowo menyinggung peristiwa penting dalam sejarah bangsa: Resolusi Jihad 1945.
Ucapan itu bukan sekadar pengingat, tetapi juga seruan moral kepada seluruh generasi muda untuk meneladani semangat para santri yang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Hari Santri bukan hanya seremoni tahunan, melainkan momentum untuk merefleksikan kembali peran besar umat Islam dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
“Santri adalah pejuang sejati. Mereka tak hanya mengaji di surau, tapi juga mengangkat bambu runcing demi merah putih berkibar di bumi pertiwi.”
Latar Belakang Hari Santri Nasional
Hari Santri Nasional ditetapkan pada 22 Oktober setiap tahunnya. Tanggal tersebut merujuk pada peristiwa bersejarah saat Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Seruan itu menegaskan kewajiban umat Islam untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari ancaman penjajahan yang kembali datang pasca-Proklamasi.
Penetapan Hari Santri oleh pemerintah merupakan bentuk penghargaan terhadap kontribusi besar para ulama dan santri dalam perjuangan nasional. Dalam sejarah, ribuan santri dari berbagai pesantren di Jawa, Sumatra, hingga Kalimantan ikut berjuang mengangkat senjata melawan pasukan Sekutu dan NICA.
Momentum ini kemudian diperingati setiap tahun bukan hanya oleh kalangan pesantren, tetapi juga oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pidato Prabowo di Hari Santri: Mengingat Jati Diri Bangsa
Dalam peringatan Hari Santri tahun ini, Prabowo Subianto hadir dengan gaya khasnya: tegas, bersemangat, dan penuh empati. Ia menyampaikan pidato di hadapan ribuan santri, kiai, dan tokoh masyarakat di lapangan besar yang dipenuhi bendera merah putih dan nuansa hijau khas pesantren.
Prabowo membuka pidatonya dengan salam yang disambut gegap gempita oleh para santri. Ia menekankan bahwa bangsa Indonesia tidak boleh lupa pada sejarah perjuangan umat Islam, terutama para santri yang berperan besar dalam mempertahankan kemerdekaan tahun 1945.
Menurutnya, Resolusi Jihad yang dikumandangkan KH Hasyim Asy’ari bukan hanya seruan perang, tetapi juga panggilan spiritual untuk menjaga martabat bangsa dan agama.
“Tanpa semangat jihad para santri, mungkin hari ini kita tidak menikmati kemerdekaan seperti sekarang. Mereka adalah benteng terakhir yang berdiri di antara penjajah dan kemerdekaan.”
Pidato Prabowo sontak disambut tepuk tangan panjang. Banyak santri yang terlihat menitikkan air mata, terharu oleh semangat nasionalisme yang dibangkitkan dalam momen itu.
Menghidupkan Kembali Semangat Resolusi Jihad
Resolusi Jihad 1945 adalah dokumen penting yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari di Surabaya. Isinya menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai kewajiban agama. Resolusi ini menjadi dasar moral dan spiritual bagi perlawanan rakyat Surabaya yang kemudian memuncak dalam Pertempuran 10 November 1945.
Prabowo dalam pidatonya menegaskan bahwa semangat resolusi tersebut harus terus dihidupkan di era modern. Ia menyebut jihad masa kini bukan lagi dengan senjata, tetapi dengan ilmu pengetahuan, kerja keras, dan kesetiaan pada bangsa.
“Santri zaman sekarang tidak lagi mengangkat bambu runcing, tetapi pena, kitab, dan teknologi. Itulah jihad modern yang harus kita perjuangkan,” ucapnya lantang disambut pekik takbir dari para santri.
Dalam konteks global saat ini, Prabowo juga mengingatkan pentingnya menjaga kedaulatan Indonesia di tengah tantangan geopolitik, ekonomi, dan ideologi yang semakin kompleks.
“Bangsa yang lupa sejarahnya akan kehilangan arah. Resolusi Jihad adalah kompas moral yang harus terus dijaga agar kita tidak tersesat di tengah arus globalisasi.”
Santri Sebagai Benteng Akhlak Bangsa
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyoroti peran santri sebagai penjaga moralitas bangsa. Di tengah kemajuan teknologi dan arus budaya luar, nilai-nilai pesantren seperti keikhlasan, kesederhanaan, dan disiplin spiritual menjadi benteng utama agar generasi muda tidak kehilangan jati diri.
Ia menilai, pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang terbukti mampu melahirkan tokoh-tokoh besar. Dari pesantren, lahir ulama, cendekiawan, politisi, dan pejuang yang berjiwa nasionalis.
Prabowo menyebut santri bukan hanya kelompok religius, melainkan elemen strategis dalam pembangunan karakter bangsa. Ia mendorong pemerintah dan masyarakat untuk terus mendukung kemajuan pendidikan pesantren melalui kebijakan dan fasilitas yang memadai.
“Santri adalah cermin wajah Indonesia yang penuh kesantunan, tapi juga keberanian. Mereka berzikir di malam hari, namun tak gentar di medan perjuangan.”
Nuansa Peringatan Hari Santri di Berbagai Daerah
Peringatan Hari Santri di berbagai daerah di Indonesia berlangsung meriah. Di pesantren-pesantren, para santri mengenakan sarung, peci, dan baju putih, mengikuti upacara bendera dengan khidmat. Di beberapa kota, pawai santri digelar dengan menampilkan kaligrafi, drumband, dan teatrikal perjuangan 1945.
Pemerintah daerah, TNI, Polri, hingga lembaga pendidikan umum turut serta dalam perayaan ini. Semua elemen bangsa berbaur dalam suasana religius dan nasionalis. Lagu-lagu perjuangan menggema di udara, diiringi lantunan shalawat yang membuat suasana semakin haru.
Banyak santri yang menyalakan obor simbolik sebagai tanda meneruskan api perjuangan para pahlawan terdahulu.
“Obor santri bukan sekadar cahaya malam hari, tetapi simbol tekad untuk terus menyalakan semangat cinta tanah air dengan iman dan ilmu.”
Prabowo dan Simbol Kepemimpinan yang Menghargai Ulama
Pidato Prabowo juga dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap ulama dan dunia pesantren. Dalam beberapa tahun terakhir, Prabowo kerap hadir di acara keagamaan dan menunjukkan kedekatan dengan kalangan kiai dan santri.
Ia mengaku memiliki kenangan pribadi yang kuat terhadap kehidupan pesantren. Dalam pidatonya, Prabowo bahkan menyebut bahwa nilai-nilai yang ia pelajari dari para ulama menjadi pedoman dalam menjalankan amanah negara.
Kehadiran Prabowo di Hari Santri menjadi simbol kepemimpinan yang menghargai kontribusi umat Islam dalam sejarah bangsa. Ia menegaskan, negara besar tidak boleh melupakan akar spiritualnya.
“Seorang pemimpin yang bijak tidak akan berjalan sendirian. Ia berjalan bersama doa para ulama dan dukungan rakyat yang beriman.”
Menguatkan Sinergi antara Pemerintah dan Pesantren
Selain menyinggung sejarah, Prabowo juga berbicara mengenai pentingnya sinergi antara pemerintah dan pesantren dalam membangun masa depan bangsa. Ia menilai bahwa pesantren memiliki potensi besar untuk ikut mencetak generasi unggul di bidang pendidikan, ekonomi, dan kebudayaan.
Prabowo menyampaikan rencana strategis agar lembaga pesantren mendapatkan perhatian lebih, baik dalam hal infrastruktur, teknologi, maupun pemberdayaan ekonomi umat. Ia menyebut bahwa pemberdayaan pesantren berarti memperkuat fondasi moral bangsa.
Pemerintah, lanjutnya, tidak boleh hanya melihat pesantren sebagai lembaga keagamaan, tetapi juga sebagai mitra dalam pembangunan nasional.
“Negara ini kuat bukan karena gedung-gedung tinggi, tetapi karena doa-doa yang dipanjatkan dari pesantren di pelosok desa.”
Resolusi Jihad dalam Konteks Kekinian
Resolusi Jihad 1945 menjadi refleksi penting bagi bangsa Indonesia di tengah dinamika zaman. Nilai-nilainya tetap relevan, terutama dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan, disinformasi digital, dan tantangan moral generasi muda.
Prabowo dalam pidatonya menegaskan bahwa jihad di masa kini adalah melawan kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan bangsa. Ia mengajak para santri untuk menjadi agen perubahan melalui pendidikan, teknologi, dan ekonomi kreatif.
“Santri tidak boleh hanya hafal kitab, tetapi juga harus menguasai ilmu dunia. Karena Islam tidak menolak kemajuan, justru mendorong umatnya menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan,” tegas Prabowo.
Pidato ini menjadi seruan bagi seluruh kalangan agar tetap berpegang pada nilai Islam yang moderat, toleran, dan nasionalis. Resolusi Jihad bukan hanya kisah masa lalu, tetapi prinsip hidup untuk terus menjaga kehormatan bangsa dan agama.
“Jihad masa kini bukan lagi mengangkat senjata, tetapi menjaga moral, menegakkan keadilan, dan membangun bangsa dengan ilmu serta akhlak.”
Antusiasme dan Harapan dari Kalangan Santri
Usai pidato, suasana di lapangan terasa penuh semangat. Banyak santri yang meneriakkan takbir dan shalawat sebagai tanda dukungan. Para kiai menyambut baik pesan Prabowo yang dinilai mampu menyentuh akar spiritual umat sekaligus menumbuhkan semangat nasionalisme.
Bagi para santri muda, momen Hari Santri menjadi motivasi untuk belajar lebih giat dan berkontribusi bagi negara. Mereka menyadari bahwa menjadi santri bukan sekadar menuntut ilmu agama, tetapi juga mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan.






